Balai Belajar Bali – Hidup Selaras dengan Alam Membawa Berkah Melimpah

Nah teman-teman, ini dia hamparan sawah yang sudah mulai menguning. Bagus kan. Ya, pemandangannya hijau dan menenangkan. cocok banget buat teman-teman yang seneng dengan pemandangan alam yang masih bersih dan jauh dari polusi kendaraan seperti di kota.

Ini dia sawah selaras alam. Sawah ini berada di Banjar Belulang, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali. Nah di hari ini tanggal 17 Desember 2018, akan ada rangkaian awal Festival Arsa Bhuwana di mana melalui festival ini kita diingatkan bahwa hidup selaras dengan alam dapat memberikan berkah yang melimpah bagi kita dan generasi anak-cucu kita, teman-teman.

Pada hari ini rencananya kita akan belajar bagaimana cara menanam padi yang selaras dengan alam, atau yang tidak mencemari ataupun merusak ekosistem alam kita. Lalu kita juga akan diajak untuk pergi ke sumber mata air di Banjar Belulang dan meminum air yang fresh langsung dari sumber mata airnya. Untuk itu, sehari sebelumnya saya sudah siapkan botol minum nih supaya nanti bisa ambil airnya yang banyak.

Teman-teman, untuk sampai ke Banjar Belulang, saya membutuhkan waktu 1,5 sampai 2 jam perjalanan dengan menggunakan mobil. Saya berangkatnya dari daerah Seminyak ya. Sepanjang perjalanan, saya melalui perbukitan. Ini dia pemandangan di kiri dan di kanan jalan, wiihh hijau semua, beda banget sama yang ada di kota. Terkadang kita juga melalui perumahan warga yang memiliki aksen khas bali lho.

Selain hamparan sawah yang luas, di tanah Banjar Belulang ini juga terdapat  peternakan ayam, teman-teman, karena kebetulan saya nyasar ke sana waktu mau ke Sawah Selaras Alam karena jalannya kecil sekali, cuman muat satu mobil, jadi awalnya ragu. Tapi karena coba-coba tanya sama orang sekitar dan mereka pada tidak tahu di mana itu Sawah Selaras Alam, akhirnya kami memutuskan untuk percaya sama Google Maps dan jalan kecilpun coba untuk dilewati. Dan hasilnya, pemandangan kiri kanan sawah yang menguning yang luas sekali.

Di Banjar Belulang ini pemandangannya sangat indah. Sebelah kanan saya berdiri ada gunung, namun karena habis hujan jadi tidak kelihatan, lalu ada juga mata air yang mencukupi kebutuhan warga sekitar sini. Warga sini tidak butuh air dari PDAM teman-teman, karena alam yang sudah menyediakan bagi mereka. Selain itu ada juga permandian air panas Belulang. Wah, paket lengkap deh pokoknya kalau kita hidup selaras dengan alam.

Setelah dipuaskan dengan pemandangan tanah Banjar Belulang yang luar biasa kayanya, sekarang waktunya kita ke sumber mata air. Dan gak lupa botol minum tetap dibawa dong. Nggak tanggung-tanggung nih, bahkan Mas Dawrie bawa berbotol-botol karena banyak yang nitip airnya. Katanya airnya segar. Jadi tambah penasaran ingin mencoba langsung, air dari mata air Belulang.

Perjalanan ke sumber mata air Belulang tidak terlalu jauh. Dari Balai Belajar Bali kurang lebih kami membutuhkan waktu 7 – 10 menit untuk sampai ke sana. Untuk menuju ke tempat mengambil air, kami perlu menuruni anak tangga. Sesampainya di sana, alas kaki harus dilepas supaya tidak mengotori aliran air. Satu per satu dari kami mengambil air yang langsung keluar dari bebatuan. Wow, pertama kali nyemplung, airnya terasa segar dan sejuk. Kelihatan juga dari embun di botol minum setelah mengisi air. Nah, sekarang giliran saya mencoba air dari mata air Belulang. Coba teman-teman lihat, airnya jernih dan juga dinginnya itu segar, tidak terlalu dingin kaya minum air dari kulkas. Dinginnya pas.

Wah mas Dawrie, titipannya berat juga ya. Lumayan nih kalau harus naik tangga lagi untuk balik ke balai. Anyway kami semua senang sekali bisa menjadi saksi indahnya alam kita. Abis minum air ini, semua pada seger dan kembali melanjutkan perjalanan dengan semangat ekstra.

Masih dari Balai Belajar Bali, tepatnya berlokasi di Banjar Belulang, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali. Di video kali ini kita akan belajar nutrisi apa saja yang diberikan untuk bercocok tanam padi dengan system SRI (system of rice intensification) yang tentunya tidak merusak ekosistem alam.

Setelah meminum segarnya air dari mata air Belulang, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Sawah Selaras Alam. Di sini kami harus siap berbecek-becek, karena ketika ke sawah, sandal perlu dilepas. Liat tuh tanahnya, wuu berasa lagi ada di mud spring ya.

Di sawah selaras alam, kami bertemu dengan Pak Ucuk. Beliau yang akan membagikan ilmunya kepada kami seputar sawah selaras alam.

Sebagian besar padi yang ditanam dengan cara konvensional sudah mulai menguning. Sedangkan padi di sawah selaras alam masih belum menguning. Hal ini wajar teman-teman, karena pada teknik SRI bibit padi yang ditanam adalah bibit yang baru disemai selama kurang dari 12 hari, sedangkan pada teknik konvensional lamanya penyemaian adalah 21-25 hari. Meskipun belum menguning, kita bisa lihat perbedaannya teman-teman. Padi di Sawah Selaras Alam hasilnya lebih banyak daripada sawah konvensional. Kalau kami hitung, pada sawah konvensional, dari satu bibit yang ditanam menghasilkan sekitar 15 – 20 batang tanaman padi, sedangkan pada sawah selaras alam, dari satu bibit yang ditanam bisa menghasilkan sekitar 40-50 batang tanaman padi. Wow, hasilnya dua kali lipat lebih banyak teman-teman.

Dan yang saya senang dari teknik SRI adalah teknik ini sangat ramah lingkungan karena teknik ini tidak menerapkan penggunaan pestisida dan pupuk sintetis, melainkan menggunakan pestisida dan pupuk dari bahan organik. Pak Ucuk juga bilang kalau serangga dan hama dalam jumlah yang kecil adalah hal yang wajar, sehingga tidak perlu kita musnahkan. Justru keberadaannya di alam bisa kita biarkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem di sawah. Wah, nggak heran di sawah selaras alam, banyak kita lihat ada laba-laba, kupu-kupu, dan serangga-serangga lainnya yang hidup berdampingan dengan tanaman padi.

Berikut adalah jenis-jenis pupuk yang digunakan di Sawah Selaras Alam. Yang pertama adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk ini didapatkan dari proses penguraian dan pembusukan secara alami dari jerami sisa panen padi, daun-daunan, dan juga campuran kotoran sapi dari peternakan. Pupuk ini digunakan di awal, sebelum proses penanaman bibit padi dan digunakan untuk mengembalikan nutrisi ke tanah serta memperbaiki tekstur tanah.

Setelah bibit padi di tanam, barulah digunakan pupuk kedua. Pupuk yang kedua disebut MOL/ mikroorganisme lokal. Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia di sekitar sawah. Larutan MOL mengandung nutrisi mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai pengurai bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan kata lain MOL ini sangatlah multi fungsi teman-teman, karena dapat digunakan sebagai dekomposer, pupuk alami dan sebagai pestisida organik. Di Sawah Selaras Alam, ada dua jenis mol yang digunakan pada fase pertumbuhan yang berbeda. Pada masa pertumbuhan vegetatif padi digunakan MOL vegetatif. Mol vegetatif ini dibuat dari bahan dasar air cucian beras, tepung beras, dan gula, kemudian ditambahkan bahan-bahan organik yang mendukung pertumbuhan padi, seperti daun-daunan dan bonggol pisang. Kemudian campuran difermentasikan selama 15 hari. Pada masa pertumbuhan generatif di mana batang padi mulai berisi, barulah MOL generatif digunakan sebagai pengganti dari MOL vegetatif. Mol generatif dibuat dari bahan dasar yang sama, yaitu air cucian beras, tepung beras, dan gula, kemudian ditambahkan dengan bahan-bahan organik yang mendukung proses pembuahan, seperti kulit pisang, buah pepaya, bunga kitolod, ataupun buah-buahan lain yang sudah membusuk. Kemudian campuran difermentasikan selama 15 hari. Wah, luar biasa sih kalau petani Indonesia menerapkan penggunakan pupuk alami seperti ini. Selain hasil panen yang lebih banyak dan bebas dari pestisida, biayanya pun sangat murah, atau bahkan tanpa biaya karena bahan di peroleh dari sumber daya yang ada di sekitar sawah.

Nah itu tadi cerita perjalanan saya di Sawah Selaras Alam. Perjalanan yang luar biasa dan mengingatkan saya untuk selalu hidup berdampingan dengan alam.

Tidak cukup sampai di sini, dalam perjalanan pulang dari Sawah Selaras Alam, kami pergi mencuci kaki yang penuh lumpur di selokan yang airnya bersumber dari mata air Belulang. Bener-bener luar biasa, hidup berdampingan dengan alam, apapun menjadi tersedia.

Leave a Comment